NPM: 54412438
KELAS: 1IA03
TUGAS IBD KE-1
SUKU BUTON
Kebudayan Buton adalah kebudayaan yang tertua dan terkaya
di Jazirah Tenggata Pulau Sulawesi. Kekayaan dan keontentikan kebudayaan ini
masih dapat di lihat dari banyaknya peninggalan budaya dari masa lampau yang
masih utuh dan tetap terpelihara baik dalam bentuk bangunan, adat istiadat
dalam perilaku masyarakat maupun dalam bentuk karya seni.
rumah
adat suku buton.
Pakaian adat Suku
buton
Sebagai suatu masyarakat Buton mulai tercatat dalam dalam
literatur sejak abad-13. Dalam buku Negarakertagama tulisan Mpu Prapanca tahun 1365 terungkap nama Butun-Banggawi sebagai suatu tempat yang termasuk
dalam kekuasaan Kerajaan Majapahit. Pada masa itu kiranya di kawasan ini telah
berdiri suatu masyarakat kerajaan dengan susunan sosial politik yang relatif
teratur. Selain nama Buton tidak terlepas pula nama Wolio untuk menyebut masyarakat kerajaan
ini.
Dalam Hikayat
Sipanjonga disebutkan bahwa
pendiri Kerajaan Buton adalah Mia
Patamiana yang secara harfiah
dapat diartikan sebagai “orang yang empat”. keampat orang ini yang terdiri dari
Sipanjonga, Simalui, Sitamanajo dan Sijawangkati berasal dari Johor Semenanjung
Malaya. Mereka mendarat di daratan Buton dalam dua rombongan. rombongan
Sipanjongan dan Simalui mendarat di Kalampa sedangkan rombongan Sitamanajo dan
Sijawangkati mendarat di Walalogusi. mereka kemudian membangun pemukiman di
tepi pantai tempat mereka mendarat. Selanjutnya mereka kemudian bergabung
membangun pemukiman baru. Dalam membangun pemukiman baru tersebut mereka
membuka hutan dan menebangi kayu yang dalam bahasa setempat di sebut Welia. Dari kata Welia inilah konon
muncul nama Wolio.
Dalam kisah lain disebutkan adanya kelompok masyarakat
yang hidup di daerah pedalaman Pulau Buton. Mereka dipimpin oleh Dungkucangia
yang dikisahkan sebagai seorang Komandan tentara Kubilai Khan yang
diperintahkan untuk menghancurkan Raja Kertanegara dari Kerajaan Singosasi.
Dalam sejarah tercatat bahwa misi yang dijalankan oleh pasukan tentara Kubilai
Khan tersebut kemudian digagalkan, dihancurkan dan cerai beraikan oleh Raden
Wijaya yang selanjutnya mendirikan Kerajaan Majapahit. Dungkucangia ini dikisahkan
sebagai bagian dari Tentara Kubilai Khan yang tercerai berai tadi yang tidak
kembali lagi kenegerinya yang kemudian mendarat di Pulau Buton dan memimpin
Kerajaan Tobe-Tobe. Oleh karena suatu perbedaaan kepentingan Sijawangkati dan
Dungkucangia terlibat dan perselisihan yang harus diselesaikan melalui adu
kesaktian dalam suatu pertarungan. tidak ada yang menang dan kalah dalam
pertarungan tersebut sehingga mereka kemudian bersepakat untuk membangun
kehidupan dalam suatu ikatan persaudaraan. Sebagai wujud ikatan persaudaraan
tersebut Dungkucangia kemudian memasukkan Kerajaan Tobe-Tobe yang dipimpinnya
dalam wilayah Kerajaan Buton.
Adapun kisah terjadinya Buton dalam versi Islam adalah
ketika seorang musafir arab di perintahkan oleh Rasulullah SAW
untuk berlayar ke timur menuju ke sebuah pulau yang sudah lama merindukan
kedatangan Islam. Setibanya di Bulau tersebut, Musafir menaruh jubahnya di
suatu tempat sehingga jubah tersebut menjadi perhatian penduduk setempat.
mereke ingin mengetahui siapa pemilik jubah tersebut. Sementara itu bertengger
7 ekor burung di pohon dekat jubah, sambil menyuarakan bergantian ” butuni-butuni-butuni” maka bersujudlah orang-orang di
sana begitu melihat ternyata musafir tersebut adalah seorang Waliyyullah. dari kata Waliyullah tersebutlah kemudian di sebut Wolio.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment